Ku cium wangi pagi lewat embun di pucuk daun. sejuknyna mulai terasa saat tetesanya jatuh dalam rimba rumput…Rasanya sama seperti saat aku menelan seteguk cinta yang Tuhan berikan lewat tangan – tangan suci. Saat itu Aku mulai mengerti ada makna yang di sembunyikan Tuhan . mungkinkah makna itu adalah mimpiku yang berkeliaran dalam perjalanan malam sebelum pagi ku dekap?ohw….. I Hope soooooo…….
Rupa-rupanya malaikat menaksir gelagatku malam itu ,Yeaaah Gelagat yang mencuri Perhatian Tuhan …malam itu ku angkat dua tangan kasarku seraya mengucapkan syukur yang mengakar untuk kado terindah yang telah Tuhan berikan sepanjang perjalanan hidupku..Kado itu berisi Seorang Pangeran keikhlasan yang menimang aku dengan tulang belikatnya hingga detik ini, seorang bidadari yang telah merangkul aku di dadalam rahimnya, Para pahlawanku yang menemani aku mencari Ayat kauniyah,para wanita tangguh yang selalu menawarkan canda tawa di sela hari-hariku,dan seseorang yang telah mengajariku menangis, tersenyum dengan kelembutan. Dan itulah kado terindah yang Tuhan siramkan dalam benih usiaku.
.Hope Allah bless U…
Malam itupun Aku berkeluh dengan TuhanKu…dan aku yakin Ia Pun mendengarnya
Aku berkeluh merunduk malu dengan memikul dosa yang aku tumpuk slama 20 tahun
Ya Ghofaaar Aku bersimpuh dihadapanMu..
Milyaran Istghfar,,pun rasanya tak cukup jika di ucap…….
20 tahun telah Aku gunakan untuk apa?
Apakah Untuk berbagi kasih,ilmu,dosa, harta atau yang lainya?sungguh akalku tak mampu menimbangnya..
Ya Rabb…
Aku pernah jatuh tesungkur di lembah kemalasan
Kemudian aku bangkit dan berdiri tegak menghadap matahari
Karena Akulah Jelaga yang kadang hitam dan abu
Setelah berkeluh…aku Memohon dalam sujud..
Meminta Rabb ku Untuk:
Senantiasa memeluk aku dalam nikmat iman dan islam, mengirim malaikatnya untuk menjagaku dan seluruh orang- orang disekitarku, aku pun meminta Ya Rozak untuk mencukupkan Rizki ku.Di penghujung permintaan itu, aku menyempatkan agar Rabbku menganugrahkan Teman Hidup yang sholeh yang bersedia menuntunKu merengkuh RidhoNya….
Itu saja Ya Rabb…aku malu jika banyak meminta ,,, meskipun banyak mimpiku yang masih tercecer dalam bayang semu.yeah smua itu terangkum dalam peta hidupku.
Jika Aku di izinkan, ingin ku bertanya , Satu Hal
Ya Rabb, tinggal berapakah Jatah Umurku?????? Seandainya Rabbku memberikan jawaban niscaya aku akan bersiap mengumpulkan bekal yang banyak untuk aku bawa ke kampung akhirat..tapi Aku Sadar hanya Rabbku Yang Maha Tau.
Itulah Gelagatku yang di curigai malaikat malam itu dan berharap RabbKu mencurahkan PerhatianNya saat Aku membuka Usia baru tepat pada 18 maret 2010
Di HatiMu Aku Berlindung
Pages
Setiap orang mencoba mencapai suatu hal yang besar, tanpa menyadari, bahwa hidup itu adalah kumpulan dari hal-hal kecil......
Blog Archive
Label
- ABOUT ORANG INDONESIA (3)
- ARTIKEL OI (3)
- From Kasacima (3)
- LIRIK FALS (1)
Januari …..2010
Januari …..2010
Jangan menyuruh aku untuk bicara, kata- kataku telah kelu
Diam dan diam mungkin itu yang kau mau…
meski tak lepas dari ucap mu, namun aku cukup mengerti….
.Aku kan tenang jika kau pergi….Namun aku akan menangis jika kau tak kembali…
Karena aku butuh kau walau kini enggan ku akui
Perlu kau ingat, kau berhadapan dengan wanita, bukan batu
Mungkin di Dunia ini Banyak wanita yang tangguh dengan segala hal, tapi banyak juga wanita yang rapuh karena sesuatu hal,….dan aku berada pada sebagian dari mereka
Ceritakan dengan lembut ketika aku salah…
Aku tidak akan mengerti jika kau marah…..
Sedikitpun tidak aku temukan niat untuk melambungkan egoku, aku hanya berharap kau tau bahwa aku ingin masuk dalam duniamu, karena duniamu adalah duniaku…..
Itu saja….
Aku tau …
Aku tak akan bisa…
Tapi berilah aku waktu untuk mempelajarinnya…
Tidak ada seorangpun di dunia ini yang ingin dirinya bodoh
Begitu juga Aku….
Maka …..belajarlah menerima niat tulusku.
Smoga Tuhan sudi mendengar keluhan dari makhluk yang ingin dimengrti.
Arsip My Poem
BAndung,,januari 2010
Jangan menyuruh aku untuk bicara, kata- kataku telah kelu
Diam dan diam mungkin itu yang kau mau…
meski tak lepas dari ucap mu, namun aku cukup mengerti….
.Aku kan tenang jika kau pergi….Namun aku akan menangis jika kau tak kembali…
Karena aku butuh kau walau kini enggan ku akui
Perlu kau ingat, kau berhadapan dengan wanita, bukan batu
Mungkin di Dunia ini Banyak wanita yang tangguh dengan segala hal, tapi banyak juga wanita yang rapuh karena sesuatu hal,….dan aku berada pada sebagian dari mereka
Ceritakan dengan lembut ketika aku salah…
Aku tidak akan mengerti jika kau marah…..
Sedikitpun tidak aku temukan niat untuk melambungkan egoku, aku hanya berharap kau tau bahwa aku ingin masuk dalam duniamu, karena duniamu adalah duniaku…..
Itu saja….
Aku tau …
Aku tak akan bisa…
Tapi berilah aku waktu untuk mempelajarinnya…
Tidak ada seorangpun di dunia ini yang ingin dirinya bodoh
Begitu juga Aku….
Maka …..belajarlah menerima niat tulusku.
Smoga Tuhan sudi mendengar keluhan dari makhluk yang ingin dimengrti.
Arsip My Poem
BAndung,,januari 2010
Sisi Lain Iwan Fals
populer di negeri ini. Bahkan, sudah menjelma sebagai seorang Legenda Hidup.
Namun, tidak banyak orang tahu sisi-sisi lain Iwan sebagai seorang manusia biasa. Jikapun ada yang tahu cukup banyak, pastilah keluarga terdekat dan para penggemar fanatiknya. Ini beberapa fakta tentang pria bernama asli Virgiawan Listanto:
Iwan Fals adalah Keturunan Arab
Boleh percaya boleh tidak, yang jelas Iwan punya darah Arab. Lihat saja parasnya, dengan hidung mbangir dan rambut yang agak ikal. Ya, ibu Iwan adalah seorang perempuan keturunan Arab dari marga Abdat. Sang Bunda kini tinggal di kawasan Tebet. Sedangkan warga keturunan Arab dari marga Abdat banyak dijumpai di Tanah Abang. Hotel Nusantara di bilangan tanah abang merupakan salah satu hotel milik keluarga Abdat, yang masih punya hubungan darah dengan ibunda Iwan.
Iwan adalah pemegang sabuk hitam Dan IV Karate
Di masa muda, Iwan pernah menjadi juara dua nasional kejuaraan karate tingkat nasional. Ia bahkan pernah menjadi pelatih karate di Sekolah Tinggi Publisistik. Kini, Iwan adalah penyandang Dan-IV Karate aliran Wado-ryu (meski ada yang menyatakan aliran Amura, yang merupakan anak aliran Wado-ryu). Di rumahnya, Leuwinanggung, Iwan cukup sering menggelar latihan karate bersama.
Iwan pernah menjadi wartawan tabloid olahraga
Meski pernah menjadi pengamen, Iwan bukan berasal dari keluarga pas-pasan. Ayahnya adalah seorang perwira menengah TNI (jika tidak salah terakhir berpangkat Kolonel). Sebagai anak perwira, Iwan jelas pernah dikuliahkan. Ia sempat kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta (sekarang IISIP), sebelum pindah kuliah ke Institut Kesenian Jakarta. Nah, sebagai mahasiswa publisistik, Iwan pernah bekerja sebagai wartawan di sebuah tabloid olahraga. Bahkan, pernah menjadi kolomnis olahraga.
"Si Budi Kecil" teman kuliah di IISIP
Nama Budi, anak tukang koran yang menjual surat kabar sore di malam hari karena ketatnya persaingan --dalam lagu "Sore Tugu Pancoran", terinspirasi dari nama teman kuliahnya (di IISIP). Namanya, Budi Seno. [Sumber : http://kalipaksi.multiply.com] ***
Namun, tidak banyak orang tahu sisi-sisi lain Iwan sebagai seorang manusia biasa. Jikapun ada yang tahu cukup banyak, pastilah keluarga terdekat dan para penggemar fanatiknya. Ini beberapa fakta tentang pria bernama asli Virgiawan Listanto:
Iwan Fals adalah Keturunan Arab
Boleh percaya boleh tidak, yang jelas Iwan punya darah Arab. Lihat saja parasnya, dengan hidung mbangir dan rambut yang agak ikal. Ya, ibu Iwan adalah seorang perempuan keturunan Arab dari marga Abdat. Sang Bunda kini tinggal di kawasan Tebet. Sedangkan warga keturunan Arab dari marga Abdat banyak dijumpai di Tanah Abang. Hotel Nusantara di bilangan tanah abang merupakan salah satu hotel milik keluarga Abdat, yang masih punya hubungan darah dengan ibunda Iwan.
Iwan adalah pemegang sabuk hitam Dan IV Karate
Di masa muda, Iwan pernah menjadi juara dua nasional kejuaraan karate tingkat nasional. Ia bahkan pernah menjadi pelatih karate di Sekolah Tinggi Publisistik. Kini, Iwan adalah penyandang Dan-IV Karate aliran Wado-ryu (meski ada yang menyatakan aliran Amura, yang merupakan anak aliran Wado-ryu). Di rumahnya, Leuwinanggung, Iwan cukup sering menggelar latihan karate bersama.
Iwan pernah menjadi wartawan tabloid olahraga
Meski pernah menjadi pengamen, Iwan bukan berasal dari keluarga pas-pasan. Ayahnya adalah seorang perwira menengah TNI (jika tidak salah terakhir berpangkat Kolonel). Sebagai anak perwira, Iwan jelas pernah dikuliahkan. Ia sempat kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta (sekarang IISIP), sebelum pindah kuliah ke Institut Kesenian Jakarta. Nah, sebagai mahasiswa publisistik, Iwan pernah bekerja sebagai wartawan di sebuah tabloid olahraga. Bahkan, pernah menjadi kolomnis olahraga.
"Si Budi Kecil" teman kuliah di IISIP
Nama Budi, anak tukang koran yang menjual surat kabar sore di malam hari karena ketatnya persaingan --dalam lagu "Sore Tugu Pancoran", terinspirasi dari nama teman kuliahnya (di IISIP). Namanya, Budi Seno. [Sumber : http://kalipaksi.multiply.com] ***
Bongkar!
Oleh : Naniel C. Yakin
[ARTIKEL] Kelahiran Swami sendiri berawal dari kegundahan Iwan Fals yang sedang meng-alami musibah, karena rencana promo tur album rekaman terbarunya Mata Dewa ke 100 kota di Indonesia, sekitar tahun 1988, tiba-tiba izinnya dibatalkan oleh yang berwajib tanpa alasan yang jelas. Pada masa pemerintah Orde Baru saat itu, kegiatan yang mendatangkan massa merupakan ke-giatan yang patut diwaspadai. Apa lagi bila kegiatan itu terkesan bernuansa mengkritisi kebijakan pemerintah, termasuk kegiatan atau konser musik yang berani bersuara atau bernada kritik.
Ketika radiogram pelarangan dari Mabes Polri untuk memberitahukan pembatalan izin konser promo tour itu diterima AIRO sebagai EO, rombongan artis dan kru sudah berada di Palembang, sehari sebelum konser di kota tersebut berlangsung. Saat itu, saya ikut dalam rombongan dengan status sebagai wartawan dari sebuah koran sore ibukota (Suara Pembaruan), yang diundang untuk meliput oleh pimpinan Sofyan Ali, direktur AIRO yang menangani konser promo tersebut.
Kesedihan dan kekecewaan menyelimuti kita semua. Tapi apa boleh buat. Keputus-an tidak bisa diubah. Ada bisik-bisik bahwa kejadian ini berkait dengan peristiwa konser Iwan sebelumnya di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, yang dianggap rusuh. Tapi ada juga gosip bahwa Iwan terlalu berani menyuarakan kritik saat di atas panggung. Tapi yang jelas pentas Iwan tidak mendapatkan izin saat itu.
Rombongan artis lainnya seperti Grass Rock dan Nicky Astria esok harinya kembali ke Jakarta. Tapi Iwan bersikeras untuk tetap berjalan sesuai jadwal ke kota-kota yang sudah dijadwal bakal dilewati konser promo ini. “Aku harus memberi penjelas-an pada publik di kota-kota itu, bahwa pembatalan ini bukan dari aku,” tegas Iwan yang berusaha tetap tegar.
Akhirnya Iwan, beberapa panitia, promotor dan beberapa wartawan, tetap tinggal untuk menyusun perjalanan selanjutnya. Saya bersama beberapa rekan wartawan musik ibu kota saat itu, antara lain Remy Soetansyah, Hans Miller Banureah, Toro dan satu lagi rekan dari koran Palembang, Sriwijaya Pos, termasuk yang diminta tinggal untuk menemani Iwan ke kota-kota tempat konser yang batal.
Selama perjalanan itulah saya banyak berkomunikasi dengan Iwan. Bahkan di saat-saat senggang saya sering terlibat diskusi, kadang sama-sama menulis lirik yang terus kami coba nyanyikan bersama. Sayang beberapa lirik yang berhasil kami jadikan lagu sampai saat ini tidak sempat kami rekam. Sekitar dua minggu kami berjalan sebelum kemudian kembali ke Jakarta.
Kembali ke Jakarta, Iwan semakin gelisah. Bahkan terbersit niatnya untuk tidak bermain musik lagi. “Mending aku jadi penulis di media saja dari pada main musik tapi tidak boleh tampil seperti sekarang,” cetusnya kesal. Kami makin sering bertemu dan mengobrol. Saya jadi sering main ke tempat tinggal Iwan di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Dari hasil mengobrol, diskusi dan debat warung kopi di rumah Iwan itulah lahir beberapa lagu seperti “Condet” dan “Kebaya Merah” yang kemudian direkam di Swami II, dan “Bento”. Entah karena tidak punya beban, dan motivasi membuat lagu-lagu itu semata-mata karena keinginan berekspresi dari beban batin yang kami rasakan saat itu, lagu-lagu tersebut lahir begitu saja dengan cair tanpa hambatan.
Dalam kegalauan tersebut, sebenarnya Iwan punya sebuah pekerjaan yang sa-ngat penting yang harus ia selesaikan, yaitu rekaman album Kantata Takwa bersama WS Rendra (almarhum), Setiawan Djodi, Sawung Jabo dan Yockie Suryoprayogo. Di sela-sela jadwal latihan mereka, saya sering diajak Iwan main ke rumah Sawung Jabo di bilangan Pasar Minggu.
Sebelumnya, saya cukup sering bertemu Jabo. Bahkan ketika pertama kali saya ke Jakarta tahun ‘80-an, saya tinggal di rumah Jabo dan juga ikut bermain di grupnya, Sirkus Barock. Di rumah Jabo ini kami kembali mengobrol dan menelurkan beberapa lagu antara lain, “Oh Ya”, “Perjalanan Waktu”, “Badut” dan lain-lain.
Kami semakin tenggelam dalam perenungan-perenungan, mencermati keadaan sampai berusaha menyikapinya lewat kata-kata dan notasi. Kalau tidak di Condet, rumah Iwan atau Pasar Minggu, rumah Jabo. Kami bertemu di rumah saya di kawasan Perumnas Klender. Tidak jarang, tiba-tiba larut malam menjelang pagi mereka berdua datang mengetuk-ngetuk pintu rumah saya. Kami begadang, ngopi, mengobrol dan jadilah beberapa lagu seperti “Eseks-eseks Udug-udug”, “Cinta”, “Potret” dan lainnya. Mereka memang sengaja datang malam, karena pernah mereka datang sore hari, akibatnya rumah saya diserbu warga yang ingin ketemu Iwan Fals.
Rupanya kolaborasi ini memberi sema-ngat bagi Iwan. Dia mengusulkan untuk melatih lagu-lagu ini dalam sebuah kelompok musik. Jabo mengusulkan nama Tatas sebagai pemain keyboard dan Iwan sendiri menyorongkan nama Jerry, sebagai pemain gitar. Sedangkan untuk penggebuk drum dan pencabik bas, kami setuju merekrut Innisisri dan Nanoe. Kami akhirnya latih-an dengan formasi Iwan Fals (gitar, vokal), Sawung Jabo (gitar, vokal), Naniel (flute, vokal, perkusi), Innisisri (drum, vokal), Nanoe (bas, vokal), Tatas (keyboard) dan Jerry (gitar). Jabo mengusulkan nama Swami bagi kelompok ini. Kami setuju, “Oke, mulai saat ini grup ini kita namakan Swami!”.
Kami pentas pertama di kawasan Bintaro dalam acara ulang tahun sebuah ke-lompok pemanjat tebing. Saya ingat, kami masing-masing mendapat honor Rp 200 ribu. Kami berusaha mencari produser yang mau merekam lagu-lagu yang sudah kami latih ini, tapi ternyata susah. Hampir semua produser yang kami datangi selalu menjawab, “Bagaimana caranya kami menjual lagu-lagu macam ini. Bikin saja yang biasa,” kilah mereka umumnya. Lagu-lagu ini mereka rasakan terlalu keras, terutama liriknya. Pasti akan bermasalah bagi mereka kalau diedarkan.
Untung kedekatan Iwan dengan Setiawan Djodi di Kantata Takwa ternyata membawa berkah. Djodi bersedia membia-yai rekaman Swami. Kami pun kemudian rekaman di GIN Studio yang terletak di daerah Roxy. Tidak ada kesulitan, semua lancar sampai ketika Iwan menyodorkan lagu “Bongkar” yang nantinya disempurnakan oleh Jabo. Ada masalah pada lirik lagu ini yang mengundang kontroversi di antara kami. Dalam lirik lagu itu menyinggung nama-nama tempat yang merupakan kasus militer dan tabu diucapkan saat itu. Nama-nama itu seperti: Way Jepara, Kedung Ombo, Kaca Piring yang merupakan tempat kejahatan HAM berat. Kami khawatir kalau tetap tidak diubah akan jadi masalah bagi album ini.
“Ya, tapi kreativitas dan ekspresi kan nggak- boleh diatur-atur? Kita kan bukan kambing yang hanya menurut dibawa ke kanan, menurut dibawa ke kiri,” kata Iwan bersikeras.
“Ya, tapi kita juga harus berstrategi, Wan. Bukan masalah takut dan berani. Kalau nggak- boleh edar, buat apa kita mengerjakan rekaman ini? Kita kan bisa menyiasati dengan cara lain?” saya coba nimbrung, berusaha mencairkan suasana.
Akhirnya disepakati Jabo akan merevisi dan menyusun ulang sebagian lirik dari lagu “Bongkar” ini. Beberapa kali ditawarkan, akhirnya disepakati lirik seperti yang kita kenal sekarang dalam lagu “Bongkar” karya Iwan Fals dan Sawung Jabo. Lirik lagu ini memang agak berubah di penyajian, tapi visinya tetap. Liriknya lebih puitis tidak frontal seperti awalnya. Rekaman dan mixing-nya kami selesaikan sekitar satu bulan kerja di studio. Sayang begitu selesai rekam-an, karena alasan bersifat pribadi, Tatas dan Jerry mengundurkan diri. Maka dalam konser promo di Jogya, Salatiga, Semarang dan Surabaya, posisi keyboard dan gitar digantikan oleh Yockie Suryoprayogo dan Toto Tewel.
Komposisi pemain ini bertahan terus sampai rekaman Swami II dan konser Sumatra di kota-kota, Bandar Lampung, Padang dan Medan. Setelah konser di kota-kota tersebut, Swami tidak lagi mendapatkan izin untuk pentas dari pihak aparat keaman-an masa Orde Baru saat itu. Rekam-an kedua melahirkan beberapa hit macam “Kuda Lumping”, ”HIO” dan lain-lain.
Dari kesepakatan awal, Swami memang bukan kelompok musik yang dikonsumsikan bagi industri musik, tetap lebih pada kerja kreatif dari sebuah komunitas yang ber-usaha menyuarakan aspirasinya lewat bahasa musik. Swami sebagai sosok memang tidak bisa tampil karena tidak mendapatkan izin dari pihak berwenang saat itu. Tetapi suara yang sudah terlanjur berkumandang lewat serangkaian lagu-lagu yang mereka hasilkan sudah terlanjur didengar dan disukai oleh publik. Bahkan pecinta musik saat ini yang ketika lagu-lagu macam “Bento”, “Bongkar”, “Eseks-eseks Udug-udug” pertama kali diperdengarkan masih orok, sekarang ternyata banyak yang ikut mengapresiasi, menyukai, bahkan hapal -liriknya.
Atas persetujuan bersama, akhirnya disepakati oleh semua personel, tahun 1992 Swami dibubarkan. Itulah kelompok musik Swami dalam pandangan saya. Walau sudah tidak ada lagi, bahkan ada kesan kehadirannya tidak terlalu dicatat oleh industri musik, tapi grup ini tetap hidup lewat lagu-lagu yang mereka hasilkan. Selama masih ada pecinta musik yang menginginkan kejujuran ekspresi, maka saya rasa lagu-lagu Swami akan tetap hidup sebagai referensi, betapa kekuatan musik sebagai media -perlawanan! (source: Rolling Stone Indonesia) ***
[ARTIKEL] Kelahiran Swami sendiri berawal dari kegundahan Iwan Fals yang sedang meng-alami musibah, karena rencana promo tur album rekaman terbarunya Mata Dewa ke 100 kota di Indonesia, sekitar tahun 1988, tiba-tiba izinnya dibatalkan oleh yang berwajib tanpa alasan yang jelas. Pada masa pemerintah Orde Baru saat itu, kegiatan yang mendatangkan massa merupakan ke-giatan yang patut diwaspadai. Apa lagi bila kegiatan itu terkesan bernuansa mengkritisi kebijakan pemerintah, termasuk kegiatan atau konser musik yang berani bersuara atau bernada kritik.
Ketika radiogram pelarangan dari Mabes Polri untuk memberitahukan pembatalan izin konser promo tour itu diterima AIRO sebagai EO, rombongan artis dan kru sudah berada di Palembang, sehari sebelum konser di kota tersebut berlangsung. Saat itu, saya ikut dalam rombongan dengan status sebagai wartawan dari sebuah koran sore ibukota (Suara Pembaruan), yang diundang untuk meliput oleh pimpinan Sofyan Ali, direktur AIRO yang menangani konser promo tersebut.
Kesedihan dan kekecewaan menyelimuti kita semua. Tapi apa boleh buat. Keputus-an tidak bisa diubah. Ada bisik-bisik bahwa kejadian ini berkait dengan peristiwa konser Iwan sebelumnya di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, yang dianggap rusuh. Tapi ada juga gosip bahwa Iwan terlalu berani menyuarakan kritik saat di atas panggung. Tapi yang jelas pentas Iwan tidak mendapatkan izin saat itu.
Rombongan artis lainnya seperti Grass Rock dan Nicky Astria esok harinya kembali ke Jakarta. Tapi Iwan bersikeras untuk tetap berjalan sesuai jadwal ke kota-kota yang sudah dijadwal bakal dilewati konser promo ini. “Aku harus memberi penjelas-an pada publik di kota-kota itu, bahwa pembatalan ini bukan dari aku,” tegas Iwan yang berusaha tetap tegar.
Akhirnya Iwan, beberapa panitia, promotor dan beberapa wartawan, tetap tinggal untuk menyusun perjalanan selanjutnya. Saya bersama beberapa rekan wartawan musik ibu kota saat itu, antara lain Remy Soetansyah, Hans Miller Banureah, Toro dan satu lagi rekan dari koran Palembang, Sriwijaya Pos, termasuk yang diminta tinggal untuk menemani Iwan ke kota-kota tempat konser yang batal.
Selama perjalanan itulah saya banyak berkomunikasi dengan Iwan. Bahkan di saat-saat senggang saya sering terlibat diskusi, kadang sama-sama menulis lirik yang terus kami coba nyanyikan bersama. Sayang beberapa lirik yang berhasil kami jadikan lagu sampai saat ini tidak sempat kami rekam. Sekitar dua minggu kami berjalan sebelum kemudian kembali ke Jakarta.
Kembali ke Jakarta, Iwan semakin gelisah. Bahkan terbersit niatnya untuk tidak bermain musik lagi. “Mending aku jadi penulis di media saja dari pada main musik tapi tidak boleh tampil seperti sekarang,” cetusnya kesal. Kami makin sering bertemu dan mengobrol. Saya jadi sering main ke tempat tinggal Iwan di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Dari hasil mengobrol, diskusi dan debat warung kopi di rumah Iwan itulah lahir beberapa lagu seperti “Condet” dan “Kebaya Merah” yang kemudian direkam di Swami II, dan “Bento”. Entah karena tidak punya beban, dan motivasi membuat lagu-lagu itu semata-mata karena keinginan berekspresi dari beban batin yang kami rasakan saat itu, lagu-lagu tersebut lahir begitu saja dengan cair tanpa hambatan.
Dalam kegalauan tersebut, sebenarnya Iwan punya sebuah pekerjaan yang sa-ngat penting yang harus ia selesaikan, yaitu rekaman album Kantata Takwa bersama WS Rendra (almarhum), Setiawan Djodi, Sawung Jabo dan Yockie Suryoprayogo. Di sela-sela jadwal latihan mereka, saya sering diajak Iwan main ke rumah Sawung Jabo di bilangan Pasar Minggu.
Sebelumnya, saya cukup sering bertemu Jabo. Bahkan ketika pertama kali saya ke Jakarta tahun ‘80-an, saya tinggal di rumah Jabo dan juga ikut bermain di grupnya, Sirkus Barock. Di rumah Jabo ini kami kembali mengobrol dan menelurkan beberapa lagu antara lain, “Oh Ya”, “Perjalanan Waktu”, “Badut” dan lain-lain.
Kami semakin tenggelam dalam perenungan-perenungan, mencermati keadaan sampai berusaha menyikapinya lewat kata-kata dan notasi. Kalau tidak di Condet, rumah Iwan atau Pasar Minggu, rumah Jabo. Kami bertemu di rumah saya di kawasan Perumnas Klender. Tidak jarang, tiba-tiba larut malam menjelang pagi mereka berdua datang mengetuk-ngetuk pintu rumah saya. Kami begadang, ngopi, mengobrol dan jadilah beberapa lagu seperti “Eseks-eseks Udug-udug”, “Cinta”, “Potret” dan lainnya. Mereka memang sengaja datang malam, karena pernah mereka datang sore hari, akibatnya rumah saya diserbu warga yang ingin ketemu Iwan Fals.
Rupanya kolaborasi ini memberi sema-ngat bagi Iwan. Dia mengusulkan untuk melatih lagu-lagu ini dalam sebuah kelompok musik. Jabo mengusulkan nama Tatas sebagai pemain keyboard dan Iwan sendiri menyorongkan nama Jerry, sebagai pemain gitar. Sedangkan untuk penggebuk drum dan pencabik bas, kami setuju merekrut Innisisri dan Nanoe. Kami akhirnya latih-an dengan formasi Iwan Fals (gitar, vokal), Sawung Jabo (gitar, vokal), Naniel (flute, vokal, perkusi), Innisisri (drum, vokal), Nanoe (bas, vokal), Tatas (keyboard) dan Jerry (gitar). Jabo mengusulkan nama Swami bagi kelompok ini. Kami setuju, “Oke, mulai saat ini grup ini kita namakan Swami!”.
Kami pentas pertama di kawasan Bintaro dalam acara ulang tahun sebuah ke-lompok pemanjat tebing. Saya ingat, kami masing-masing mendapat honor Rp 200 ribu. Kami berusaha mencari produser yang mau merekam lagu-lagu yang sudah kami latih ini, tapi ternyata susah. Hampir semua produser yang kami datangi selalu menjawab, “Bagaimana caranya kami menjual lagu-lagu macam ini. Bikin saja yang biasa,” kilah mereka umumnya. Lagu-lagu ini mereka rasakan terlalu keras, terutama liriknya. Pasti akan bermasalah bagi mereka kalau diedarkan.
Untung kedekatan Iwan dengan Setiawan Djodi di Kantata Takwa ternyata membawa berkah. Djodi bersedia membia-yai rekaman Swami. Kami pun kemudian rekaman di GIN Studio yang terletak di daerah Roxy. Tidak ada kesulitan, semua lancar sampai ketika Iwan menyodorkan lagu “Bongkar” yang nantinya disempurnakan oleh Jabo. Ada masalah pada lirik lagu ini yang mengundang kontroversi di antara kami. Dalam lirik lagu itu menyinggung nama-nama tempat yang merupakan kasus militer dan tabu diucapkan saat itu. Nama-nama itu seperti: Way Jepara, Kedung Ombo, Kaca Piring yang merupakan tempat kejahatan HAM berat. Kami khawatir kalau tetap tidak diubah akan jadi masalah bagi album ini.
“Ya, tapi kreativitas dan ekspresi kan nggak- boleh diatur-atur? Kita kan bukan kambing yang hanya menurut dibawa ke kanan, menurut dibawa ke kiri,” kata Iwan bersikeras.
“Ya, tapi kita juga harus berstrategi, Wan. Bukan masalah takut dan berani. Kalau nggak- boleh edar, buat apa kita mengerjakan rekaman ini? Kita kan bisa menyiasati dengan cara lain?” saya coba nimbrung, berusaha mencairkan suasana.
Akhirnya disepakati Jabo akan merevisi dan menyusun ulang sebagian lirik dari lagu “Bongkar” ini. Beberapa kali ditawarkan, akhirnya disepakati lirik seperti yang kita kenal sekarang dalam lagu “Bongkar” karya Iwan Fals dan Sawung Jabo. Lirik lagu ini memang agak berubah di penyajian, tapi visinya tetap. Liriknya lebih puitis tidak frontal seperti awalnya. Rekaman dan mixing-nya kami selesaikan sekitar satu bulan kerja di studio. Sayang begitu selesai rekam-an, karena alasan bersifat pribadi, Tatas dan Jerry mengundurkan diri. Maka dalam konser promo di Jogya, Salatiga, Semarang dan Surabaya, posisi keyboard dan gitar digantikan oleh Yockie Suryoprayogo dan Toto Tewel.
Komposisi pemain ini bertahan terus sampai rekaman Swami II dan konser Sumatra di kota-kota, Bandar Lampung, Padang dan Medan. Setelah konser di kota-kota tersebut, Swami tidak lagi mendapatkan izin untuk pentas dari pihak aparat keaman-an masa Orde Baru saat itu. Rekam-an kedua melahirkan beberapa hit macam “Kuda Lumping”, ”HIO” dan lain-lain.
Dari kesepakatan awal, Swami memang bukan kelompok musik yang dikonsumsikan bagi industri musik, tetap lebih pada kerja kreatif dari sebuah komunitas yang ber-usaha menyuarakan aspirasinya lewat bahasa musik. Swami sebagai sosok memang tidak bisa tampil karena tidak mendapatkan izin dari pihak berwenang saat itu. Tetapi suara yang sudah terlanjur berkumandang lewat serangkaian lagu-lagu yang mereka hasilkan sudah terlanjur didengar dan disukai oleh publik. Bahkan pecinta musik saat ini yang ketika lagu-lagu macam “Bento”, “Bongkar”, “Eseks-eseks Udug-udug” pertama kali diperdengarkan masih orok, sekarang ternyata banyak yang ikut mengapresiasi, menyukai, bahkan hapal -liriknya.
Atas persetujuan bersama, akhirnya disepakati oleh semua personel, tahun 1992 Swami dibubarkan. Itulah kelompok musik Swami dalam pandangan saya. Walau sudah tidak ada lagi, bahkan ada kesan kehadirannya tidak terlalu dicatat oleh industri musik, tapi grup ini tetap hidup lewat lagu-lagu yang mereka hasilkan. Selama masih ada pecinta musik yang menginginkan kejujuran ekspresi, maka saya rasa lagu-lagu Swami akan tetap hidup sebagai referensi, betapa kekuatan musik sebagai media -perlawanan! (source: Rolling Stone Indonesia) ***
Belum Ada Judul
Pernah sesekali Aku jelajahi sebuah rasa…
Rasa yang bersemayam disela penjuru tulangKu…
Rasa yang mengalir dalam terowong sempit darahKu
Dan Rasa yang memekik denyut nadiku…
Aku tak mengerti……
Dimana,terbuat dari apa dan untuk siapa rasa itu ada…
Sungguh Khayal fikirku tak mampu menjangkau kberadaannya…
Pernah ku tanyakan pada otak kananKu tentang rasa…
Tapi ia tak bisa menjawab….
Ku coba lagi pada Mata elokku…
Ia bilang ia tak pernah melihat
Kuhampiri kedua tangan lincahku
Lagi- lagi ia bicara tak pernah skalipun menyentuh rasa
Hmmmmm…….
Dimana engkau sembunyikan rasa itu Tuhan?
Aku telah jemu mencarinya…
Lihatlah…..Sorotan mata- mata tajam menertawaiku
kebodohan berkuasa dalam diriku karena Aku tak mampu menemukan setitikpun rasa itu,….
Tuhan akhirnya membuka pelan tabirnya…
Ia membisikkan bahwa Rasa itu telah dititipkan pada hati lewat kedua makhluk Yang menjelma bak Ratu dan pangeran di bumi
Mereka lah utusan Tuhan yang mutlak menyimpan rasa suci itu untuk putra-putrinya
Merekalah orang tuaKu yang setia menjaganya dari sebuah rasa Tuhan yang Abadi
dan akhirnya selesai sudah penjelajahankku tentang rasa
He`is MY planer
Dia Tak Pernah Tau….
Saat Aku membidik hati untuk kuambil sisa kepingannya dan kusatukan dalam palung hatiku…
Dia tak pernah Curiga…
Ketika Aku membungkus rapat emosiku yang kusimpan untuknya
Dia Tak pernah bertannya …
k etika kumandang kelelahanKu berdengung keras
dan Dia tak Pernah jemu dengan semua kegilaanKu itu…
Tapi…..
seisi Alam Tau bahwa dia Pengerat impuls syarafku yang terus liar memikirkanya
Benar adanya Dia KekasihKu…
Tak Salah Dia juga SahabatKu
Tepat Kiranya Jika Dia Kakak Ku
Dan Tak salah Pula bila Kusebut Dia MusuhKu…
Karena Dialah satu-satunya PlanerKu yang memiliki smua Sebutan itu
Dan Aku bernyanyi memilikinya….
Meskipun……
Dia Tak pernah mempersembahkan karya –karya elegan di zaman farau…
Dia Tak pernah menjanjikan The Great wall atau tajmahal sebagai symbol cintanya
Tapi dia Begitu sederhana dan sarat makna…
dia membangun Istana Cinta dengan kesetiaan dan keteduhan didalamnya
sekali lagi Ku tegaskan Dialah Planerku….dan Aku tersenyum riang bernaung dibawah atap cintanya.
Januari 2010
Rasa yang bersemayam disela penjuru tulangKu…
Rasa yang mengalir dalam terowong sempit darahKu
Dan Rasa yang memekik denyut nadiku…
Aku tak mengerti……
Dimana,terbuat dari apa dan untuk siapa rasa itu ada…
Sungguh Khayal fikirku tak mampu menjangkau kberadaannya…
Pernah ku tanyakan pada otak kananKu tentang rasa…
Tapi ia tak bisa menjawab….
Ku coba lagi pada Mata elokku…
Ia bilang ia tak pernah melihat
Kuhampiri kedua tangan lincahku
Lagi- lagi ia bicara tak pernah skalipun menyentuh rasa
Hmmmmm…….
Dimana engkau sembunyikan rasa itu Tuhan?
Aku telah jemu mencarinya…
Lihatlah…..Sorotan mata- mata tajam menertawaiku
kebodohan berkuasa dalam diriku karena Aku tak mampu menemukan setitikpun rasa itu,….
Tuhan akhirnya membuka pelan tabirnya…
Ia membisikkan bahwa Rasa itu telah dititipkan pada hati lewat kedua makhluk Yang menjelma bak Ratu dan pangeran di bumi
Mereka lah utusan Tuhan yang mutlak menyimpan rasa suci itu untuk putra-putrinya
Merekalah orang tuaKu yang setia menjaganya dari sebuah rasa Tuhan yang Abadi
dan akhirnya selesai sudah penjelajahankku tentang rasa
He`is MY planer
Dia Tak Pernah Tau….
Saat Aku membidik hati untuk kuambil sisa kepingannya dan kusatukan dalam palung hatiku…
Dia tak pernah Curiga…
Ketika Aku membungkus rapat emosiku yang kusimpan untuknya
Dia Tak pernah bertannya …
k etika kumandang kelelahanKu berdengung keras
dan Dia tak Pernah jemu dengan semua kegilaanKu itu…
Tapi…..
seisi Alam Tau bahwa dia Pengerat impuls syarafku yang terus liar memikirkanya
Benar adanya Dia KekasihKu…
Tak Salah Dia juga SahabatKu
Tepat Kiranya Jika Dia Kakak Ku
Dan Tak salah Pula bila Kusebut Dia MusuhKu…
Karena Dialah satu-satunya PlanerKu yang memiliki smua Sebutan itu
Dan Aku bernyanyi memilikinya….
Meskipun……
Dia Tak pernah mempersembahkan karya –karya elegan di zaman farau…
Dia Tak pernah menjanjikan The Great wall atau tajmahal sebagai symbol cintanya
Tapi dia Begitu sederhana dan sarat makna…
dia membangun Istana Cinta dengan kesetiaan dan keteduhan didalamnya
sekali lagi Ku tegaskan Dialah Planerku….dan Aku tersenyum riang bernaung dibawah atap cintanya.
Januari 2010
Album Baru "Keseimbangan", Memaknai Kehidupan
Album Baru "Keseimbangan", Memaknai Kehidupan
Oleh : Ukon Ahmad Furkon
[KUPAS ALBUM] Gebrakan di tahun 2010, Iwan Fals meluncurkan album baru secara independen. Di bawah bendera Fals Record dan PT Tiga Rambu, Iwan pun menempuh jalur penjualan yang tidak biasa: datang langsung ke kediamannya di Leuwinanggung, atau pesan melalui internet/sms/telepon dengan sistem pembayaran transfer bank dan kemudian kaset/CD dikirim melalui layanan jasa hantar barang.
Dibandingkan dengan sistem penjualan secara konvensional melalui toko kaset, tentu sistem ini agak membuat ribet bagi para calon pembeli. Namun, ada beberapa keuntungan yang dipetik Iwan. Keuntungan itu, saya rasa, bukan pada soal menekan pembajakan. Para pembajak yang semakin tak tahu diri itu, tidak akan mampu diatasi dengan sistem penjualan apapun, kecuali dengan penegakan hukum.
Yang menjadi keuntungan dari sistem ini: (1) Iwan akan memiliki basis data tentang penikmat musiknya yang loyal, dari mulai nama hingga alamatnya; (2) Iwan akan bisa mengontrol angka penjualan dengan akurat (selama ini dengan sistem konvensional distributor/perusahaan rekaman menyampaikan angka penjualan, tapi belum tentu seakurat dengan menjual sendiri).
Sistem penjualan non-konvensional ini akan menjadi lebih memudahkan para pembeli jika terdapat pilihan penggunaan sistem on-line murni: yakni pemesanan secara murni online (mengisi form isian melalui web) serta membayarnya pun secara online: melalui internet banking atau credit card.
Kembali ke albumnya sendiri, “Keseimbangan” sesuai judul albumnya, menawarkan pilihan yang beragam, mulai dari tema filosofi kehidupan dan kemanusiaan (Suhu, Ayolah Mulai, Aku Menyayangimu), religi/spiritual (Ya Allah Kami, ^O^), lingkungan (Hutanku, Pohon untuk Kehidupan, Tanam Siram Tanam), olahraga (Sepakbola), interaksi manusia dengan teknologi (Kuda Cokelatku), tokoh (Jenderal Tua, Malahayati). Pesan yang ingin disampaikan sepertinya: jika kita ingin seimbang dalam hidup kuncinya adalah (1) berpegang kepada Tuhan, (2) selalu peka terhadap kehidupan dan kemanusiaan, (3) peduli dengan lingkungan, (4) tak lupa berolahraga, (5) memanfaatkan teknologi secara bijak, dan (6) senantiasai mengambil hikmah dari para tokoh/kejadian terdahulu.
Dari sisi aransemen yang sepenuhnya digarap Iwan Fals & Band, album “Keseimbangan” menawarkan garapan yang lebih kuat dan berwarna dibanding garapan aransemen Iwan Fals & Band di album “50:50”. Ini sepertinya tak lepas dari masuknya kembali Totok Tewel memperkuat musik Iwan. Kecuali lagu “Ayolah Mulai” dan “Sepakbola” yang punya gaya berturut dan aransemen yang mungkin kurang familiar di telinga pop, aransemen lagu-lagu lainnya bisa masuk ke telinga banyak kalangan. Lagu yang saya rasa paling menonjol baik dari sisi aransemen maupun pesan adalah : “Suhu”, “Ya Allah Kami”, “^O^", “Aku Menyayangimu”, dan “Kuda Cokelatku”.
Point plus lain di album ini adalah cover dan bungkus kaset/CD yang digarap dengan profesional dan menarik oleh Heri hito.com, sangat berbeda dengan album “50:50” yang desain covernya seperti dibuat dengan alakadarnya. Point plus ini semestinya mendorong penikmat musik untuk tidak membeli album bajakan, karena di CD/kaset bajakan tentu tidak akan dibungkus dengan kualitas dan kelengkapan cover CD/kaset orisinal.
Agar bisa lebih mengundang penikmat musik membeli album orisinal, akan sangat baik jika ke depan PT Tiga Rambu juga menyisipkan merchandise ekslusif Iwan Fals satu paket bersama CD/kaset. Merchandise-nya bisa berupa stiker, kaos, dll yang saya rasa ongkos produksinya tidak begitu mahal.
Selamat kepada Iwan Fals dan terus berkarya.
Daftar Lagu :
Suhu, Ya Allah Kami, Hutanku, Pohon untuk Kehidupan, Tanam Siram Tanam, Ayolah Mulai, Aku Menyayangimu, ^O^, Sepakbola, Kuda Cokelatku, Jenderal Tua, Malahayati.
Musisi pendukung:
Iwan Fals (gitar akustik), Heirrie Buchaery (bass), Edi Daromi (keyboard), Totok Tewel (gitar), Deni Kurniawan (drum). Backing vocal : seluruh musisi dan Rossana Listanto (pada lagu ^O^). ***
Oleh : Ukon Ahmad Furkon
[KUPAS ALBUM] Gebrakan di tahun 2010, Iwan Fals meluncurkan album baru secara independen. Di bawah bendera Fals Record dan PT Tiga Rambu, Iwan pun menempuh jalur penjualan yang tidak biasa: datang langsung ke kediamannya di Leuwinanggung, atau pesan melalui internet/sms/telepon dengan sistem pembayaran transfer bank dan kemudian kaset/CD dikirim melalui layanan jasa hantar barang.
Dibandingkan dengan sistem penjualan secara konvensional melalui toko kaset, tentu sistem ini agak membuat ribet bagi para calon pembeli. Namun, ada beberapa keuntungan yang dipetik Iwan. Keuntungan itu, saya rasa, bukan pada soal menekan pembajakan. Para pembajak yang semakin tak tahu diri itu, tidak akan mampu diatasi dengan sistem penjualan apapun, kecuali dengan penegakan hukum.
Yang menjadi keuntungan dari sistem ini: (1) Iwan akan memiliki basis data tentang penikmat musiknya yang loyal, dari mulai nama hingga alamatnya; (2) Iwan akan bisa mengontrol angka penjualan dengan akurat (selama ini dengan sistem konvensional distributor/perusahaan rekaman menyampaikan angka penjualan, tapi belum tentu seakurat dengan menjual sendiri).
Sistem penjualan non-konvensional ini akan menjadi lebih memudahkan para pembeli jika terdapat pilihan penggunaan sistem on-line murni: yakni pemesanan secara murni online (mengisi form isian melalui web) serta membayarnya pun secara online: melalui internet banking atau credit card.
Kembali ke albumnya sendiri, “Keseimbangan” sesuai judul albumnya, menawarkan pilihan yang beragam, mulai dari tema filosofi kehidupan dan kemanusiaan (Suhu, Ayolah Mulai, Aku Menyayangimu), religi/spiritual (Ya Allah Kami, ^O^), lingkungan (Hutanku, Pohon untuk Kehidupan, Tanam Siram Tanam), olahraga (Sepakbola), interaksi manusia dengan teknologi (Kuda Cokelatku), tokoh (Jenderal Tua, Malahayati). Pesan yang ingin disampaikan sepertinya: jika kita ingin seimbang dalam hidup kuncinya adalah (1) berpegang kepada Tuhan, (2) selalu peka terhadap kehidupan dan kemanusiaan, (3) peduli dengan lingkungan, (4) tak lupa berolahraga, (5) memanfaatkan teknologi secara bijak, dan (6) senantiasai mengambil hikmah dari para tokoh/kejadian terdahulu.
Dari sisi aransemen yang sepenuhnya digarap Iwan Fals & Band, album “Keseimbangan” menawarkan garapan yang lebih kuat dan berwarna dibanding garapan aransemen Iwan Fals & Band di album “50:50”. Ini sepertinya tak lepas dari masuknya kembali Totok Tewel memperkuat musik Iwan. Kecuali lagu “Ayolah Mulai” dan “Sepakbola” yang punya gaya berturut dan aransemen yang mungkin kurang familiar di telinga pop, aransemen lagu-lagu lainnya bisa masuk ke telinga banyak kalangan. Lagu yang saya rasa paling menonjol baik dari sisi aransemen maupun pesan adalah : “Suhu”, “Ya Allah Kami”, “^O^", “Aku Menyayangimu”, dan “Kuda Cokelatku”.
Point plus lain di album ini adalah cover dan bungkus kaset/CD yang digarap dengan profesional dan menarik oleh Heri hito.com, sangat berbeda dengan album “50:50” yang desain covernya seperti dibuat dengan alakadarnya. Point plus ini semestinya mendorong penikmat musik untuk tidak membeli album bajakan, karena di CD/kaset bajakan tentu tidak akan dibungkus dengan kualitas dan kelengkapan cover CD/kaset orisinal.
Agar bisa lebih mengundang penikmat musik membeli album orisinal, akan sangat baik jika ke depan PT Tiga Rambu juga menyisipkan merchandise ekslusif Iwan Fals satu paket bersama CD/kaset. Merchandise-nya bisa berupa stiker, kaos, dll yang saya rasa ongkos produksinya tidak begitu mahal.
Selamat kepada Iwan Fals dan terus berkarya.
Daftar Lagu :
Suhu, Ya Allah Kami, Hutanku, Pohon untuk Kehidupan, Tanam Siram Tanam, Ayolah Mulai, Aku Menyayangimu, ^O^, Sepakbola, Kuda Cokelatku, Jenderal Tua, Malahayati.
Musisi pendukung:
Iwan Fals (gitar akustik), Heirrie Buchaery (bass), Edi Daromi (keyboard), Totok Tewel (gitar), Deni Kurniawan (drum). Backing vocal : seluruh musisi dan Rossana Listanto (pada lagu ^O^). ***
2010_KESEIMBANGAN
2010_KESEIMBANGAN Suhu
Lagu: Iwan Fals
Syair: Subur Raharja
Kekerasan ada batasnya
Keluwesan tak ada batasnya
Tak ada kuda-kuda yang tak bisa dijatuhkan
Karena itu geseran lebih utama
Keunggulan geseran terletak pada keseimbangan
Rahasia keseimbangan adalah kewajaran
Wajar itu kosong
Membentur dapat diukur
Menempel sukar dikira
Mundur satu langkah maju ke delapan penjuru
Kosong dan isi bergantian
Menuruti keadaan
Ya Allah Kami
Ya Allah ya Tuhan kami
Tolonglah tolong
Ya Allah ya Robbi
Engkau-lah yang paling mengerti
Pikiran dan hati ini gelisah
Menimbang masa depan dengan gamang
Sungguh hati ini tak tenang
Sungguh kami takut, ya Allah
Lindungi kami, ya Robbi
Lindungi negeri ini
Berilah kemudahan
Jauhkan kemungkaran
Berilah kecerahan
Bagi masa yang gelap ini, ya Allah
Hanya pada-Mu lah kami memohon (Hanya pada-Mu lah)
Wahai pemilik segala Nama
Maha dari segala maha
Sumber dari segala sumber
Ya Allah, kabulkanlah
Kabulkanlah doa kami
Hutanku
Lirik: H.MS Kaban, SE Msi
Lagu: Iwan Fals
Hutan ditebang kering kerontang
Hutan ditebang banjir datang
Hutan ditebang penyakit meradang
Hutan-hutanku hilang anak negeri bernasib malang
Hutan-hutanku hilang bangsa ini tenggelam
Adakah engkau tahu ini adalah hukuman
Adakah engkau tahu ini adalah peringatan
Adakah engkau tahu ini adalah ancaman
Adakah engkau tahu ini adalah ujian Tuhan
Sadar dan sadarlah hei anak negeri
Sadar dan sadarlah hei para pemimpin
Hentikan, hentikan
Hentikan semua duka ini
Kembalikan kesuburan negeri ini
Kembalikan keindahan hutanku
Kembalikan ketenangan bangsa ini
Kembalikan, kembalikan hutanku
Biarkan, biarkan hutanku bangkit lagi
Pohon Untuk Kehidupan
Lirik : Muh Ma'mun
Lagu : Iwan Fals
Hari baru telah datang menjelang
Kehidupan terus berjalan
Pohon-pohon jadikan teman
Kehidupan agar tak berhenti
Bukalah hatimu
Rentangkan tanganmu
Bumi luas terbentang
Satukan hati
Tanam tak henti
Pohon untuk kehidupan
Dihatiku ada pohon
Dihatimu ada pohon
Pohon untuk kehidupan
Tentram dan damai
Hidup rukun saling percaya
Hijau rindang sekitar kita
Andai esok kiamat tiba
Tanam pohon jangan ditunda
Terus tanam jangan berhenti
Alam lestari
Hidup tak bakal berhenti
Tanam Siram Tanam
Iwan Fals
Tanam tanam tanam kita menanam
Tanam pohon kehidupan
Kita tanam masa depan
Tanam tanam tanam kita menanam
Jangan lupa disiram
Yang sudah kita tanam
Siram siram siram yo kita siram
Apa yang kita tanam
Ya mesti kita siram
Tanam tanam pohon kehidupan
Siram siram sirami dengan sayang
Tanam tanam tanam masa depan
Benalu benalu kita bersihkan
Biarkan anak cucu kita belajar dibawah pohon
Biarkan anak cucu kita menghirup udara segar
Biarkan mereka tumbuh bersama hijaunya daun
Jangan biarkan mereka mati dimakan hama kehidupan
Tanam tanam tanam ... siram
Tanam tanam tanam ... oi
Tanam tanam tanam ... siram
Tanam tanam tanam
Ayolah Mulai
Kita satu daratan, kita satu lautan, kita satu udara
Kita satu kebutuhan
Utara, selatan, timur dan barat adalah arah
Kenapa bumi harus dipecah? Kenapa langit dibelah-belah?
Harus ada yang menyatukan, harus ada kesadaran tuk bersatu
Hidup ini sementara, kenapa mesti saling menyakiti
Dari kebudayaan bisa saja kita berbeda
Dari agama dan warna kulit bisa juga berbeda
Seharusnya perbedaan ini tak membuat jadi berbeda
Kenyataan sudah membuktikan soal kita sama
Bahwa ada yang bilang kita ini turunan monyet
Turunan dewa, turunan setan sekalipun
Buatku bukan menjadi alasan untuk bermusuhan
Apalagi saling membunuh
Karena ulah sendiri kita terancam dari mana-mana
Karena ulah kita sendiri kita menderita
Kalau perang bukan penyelesaian kenapa tidak berdamai saja
Kenapa kita tidak bisa saling percaya
Sekarang juga kita harus mulai
Tak ada istilah terlambat untuk mulai
Mulai dari diri kita sendiri
Biarkan cahayanya membangunkan orang yang tidur
Memang bukan hal yang mudah untuk mulai
Tetapi kita harus mulai
Selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup
Ayolah kita mulai
Ayolah kita mulai
Aku Menyayangimu
Lirik: KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Lagu: Iwan Fals
Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau sewenang wenang kepada manusia
Aku akan menentangmu
Karena aku manusia
Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau memerangi manusia
Aku akan mengutukmu
Karena aku manusia
Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau menghancurkan kemanusiaan
Aku akan melawanmu
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
^O^
Dari gunung ke gunung
Menembus kabut kembali ke jurang
Melewati hutan pinus, melewati jalan setapak
Mendengarkan gesekan daun dan burung-burung
Menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari
Aku dapat lepas teriak
Aku dapat bebas bergerak
Sambil menghangatkan tubuh pada api unggun
Lalu bersyukur atas semua ini
Ternyata masih ada tempat untuk kita berbicara
Walau lewat mata
Senangnya hati tak bisa aku gambarkan
Apabila pagi datang menjelang
Dingin yang menembus tenda daging dan tulang
Perlahan tapi pasti mulai menghilang
Kita menari menyanyi sesuka hati
Lidah sang api memanggil-manggil ILLAHI
ALLAH MAHA BESAR... ALLAH YANG TERBESAR
Dalam lingkaran diatas rumput yang damai
Mencari diri merambah sampai ke akar
Kalau berjumpa seringkali menghangatkan
Bagaikan cermin jernih yang tak ternoda
Kasihku.. ooo...
Bila saja kau disampingku
Kasihku... ooo...
Bila saja kau didekatku
Pasti akan kupeluk kamu
Dan kuucapkan
Selamat pagi sayang
Sepak Bola
Main bola adalah permainan tim
Bukan main sendiri atau asik sendiri
Memang dibutuhkan pemain yang cerdas
Cerdas membaca permainan kawan maupun lawan
Diluar keberuntungan dan kejutan
Kerja sama yang kompak menjadi mutlak
Nafsu mencetak gol biasanya merusak
Main saja yang wajar jangan lupa oper-operan
Soal postur bukan jaminan
Buktinya Maradona bintang lapangan
Keberanian bergerak gesit bertindak
Membuka peluang sabar menjaga lawan
Didalam sepak bola emosi pribadi harus ditekan
Taat pada pelatih tak terpengaruh penonton
Walaupun sakit harus patuh pada wasit
Wasit sakit sepak bola menjerit
Didalam pertandingan pemain yang menentukan
Setelah habis-habisan waktu latihan
Soal menang kalah memang menegangkan
Tapi ketenangan bermain jangan disepelekan
Depan, tengah, belakang dan penjaga gawang
Main tak beres jadi cadangan
Mandi keringat sabunnya uang
Kalau mampu mengalahkan lawan
Dari kaki ke kaki bola bergulir
Ditingkahi sempritan dan teriakan penonton
Papan sponsor dipinggir lapangan
Dimana tempat para wartawan parkir
Sepak bola olahraga dunia
Tempat belajar berjiwa besar
Nama bangsa jadi terbawa
Kalau juara dikompetisi akbar
Main bola adalah siasat
Boleh curang asal wasit tak lihat
Kalau kamu takut kualat
Main bola bukan olahraga yang tepat
Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu jadi rebutan
Pemain gila penonton gila
Gila bola dua kali empat lima
Kerjasama adalah mutlak
Jangan main kalau tidak punya otak
Emosi harus di tekan
Kalah menang pemain yang menentukan
Seorang wasit tak boleh curang
Mau curang jadi saja pemain
Jadi pelatih jangan pilih kasih
Apalagi dengan penuh pamrih
Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu dikejar-kejar
Pemain gila penonton gila
Gila bola merajalela
Pengamat gila, sponsor gila
Gila bola dua kali empat lima
Kuda Coklatku
Di atas punggungmu pasrahkan diri
Berlari menembus hari
Kupercaya hidup bernilai
Untuk saling melayani
Temanku… kuda coklatku
Aku butuh kaupun butuh aku
Temanku… kuat tubuhmu
Matamu ramah menyapa setiap orang
Hidup memang sementara
Tapi karya selamanya
Yo berpacu mengisi waktu
Meraih cita-cita
Temanku… kuda besiku
Panas dan hujan bukan halangan
Temanku… seperjalanan
Menjawab pertanyaan yang panjang
Bersama angin mendekap ingin
Tidak berlebih tidak berkurang
Walau terkadang masuk kelubang
Lubang jalanan aah, memang sialan!
Temanku… kuda coklatku
Aku butuh kaupun butuh aku
Kuda coklatku… kuda besiku
Temani aku diperjalanan
Temanku… kuda coklatku
Menjawab pertanyaan yang panjang
Kuda coklatku… kuda besiku
Panas dan hujan bukan halangan
Temanku… kuda coklatku
Ayo berlari sepanjang musim
Kuda coklatku… kuda besiku
Matamu ramah menyapa setiap orang
Jendral Tua
Jendral tua foto ditengah keluarga
Tersenyum dingin memandang kamera
Istrinya mati, anak dan adiknya dipenjara
Apa jadinya dan apa isi hatinya
Jendral tua masih tampan dan perkasa
Tersebar kabar banyak yang jatuh cinta
Oh medan laga, menganga minta digoda
Oh kuru setra, pada perang saudara
Jendral tua bererot jasa didadanya
Menagih janji pada ibu pertiwi
Mungkinkah ia seorang prajurit sejati
Kalaulah iya, wah sungguh celaka
Jendral tua legenda hidup nyata
Ahli strategi jago sudah teruji
Melahap sepi, didalam kamarnya sendiri
Masihkah ia, tergoda oleh dunia
Jendral tua semoga kuat imanmu
Tetaplah begitu dan tetap disitu
Cahaya itu, ingatkan aku pada bapakku
Tetap begitu, tetap di pertapaan sucimu
bait dibawah ini ditambahkan setelah "Jendral Tua" wafat, tapi tidak dinyanyikan dalam lagu versi album:
Jendral tua kini tinggal cerita
Diperut Lawu rumah abadimu
Janjikan madu, dan racun bagi anak cucumu
Bagai sembilu, perihkan tulang sumsumku
Tinggalkan soal, yang rumit bagi para begundal
Semoga saja, yang ditinggal tak jadi sundal
Sundal...!
Malahayati
Lirik: Endang Moerdopo
Lagu: Iwan Fals
Ketika semua tangan terpaku didagu
Ragu untuk memulai segala yang baru
Lirih terdengar suara ibu
Memanggil jiwa untuk maju
Dari tanahmu hei Aceh
Lahir perempuan perkasa
Bukan hanya untuk dikenang
Tapi dia panglima laksamana jaya
Memanggil kembali untuk berjuang
Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri
Tinggal kubur kini hening sepi menanti
Langkah langkah baru tunas pengganti
Hei Inong Nanggroe bangkitlah berdiri
Ditanganmu kini jiwa anak negeri
Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri
Lagu: Iwan Fals
Syair: Subur Raharja
Kekerasan ada batasnya
Keluwesan tak ada batasnya
Tak ada kuda-kuda yang tak bisa dijatuhkan
Karena itu geseran lebih utama
Keunggulan geseran terletak pada keseimbangan
Rahasia keseimbangan adalah kewajaran
Wajar itu kosong
Membentur dapat diukur
Menempel sukar dikira
Mundur satu langkah maju ke delapan penjuru
Kosong dan isi bergantian
Menuruti keadaan
Ya Allah Kami
Ya Allah ya Tuhan kami
Tolonglah tolong
Ya Allah ya Robbi
Engkau-lah yang paling mengerti
Pikiran dan hati ini gelisah
Menimbang masa depan dengan gamang
Sungguh hati ini tak tenang
Sungguh kami takut, ya Allah
Lindungi kami, ya Robbi
Lindungi negeri ini
Berilah kemudahan
Jauhkan kemungkaran
Berilah kecerahan
Bagi masa yang gelap ini, ya Allah
Hanya pada-Mu lah kami memohon (Hanya pada-Mu lah)
Wahai pemilik segala Nama
Maha dari segala maha
Sumber dari segala sumber
Ya Allah, kabulkanlah
Kabulkanlah doa kami
Hutanku
Lirik: H.MS Kaban, SE Msi
Lagu: Iwan Fals
Hutan ditebang kering kerontang
Hutan ditebang banjir datang
Hutan ditebang penyakit meradang
Hutan-hutanku hilang anak negeri bernasib malang
Hutan-hutanku hilang bangsa ini tenggelam
Adakah engkau tahu ini adalah hukuman
Adakah engkau tahu ini adalah peringatan
Adakah engkau tahu ini adalah ancaman
Adakah engkau tahu ini adalah ujian Tuhan
Sadar dan sadarlah hei anak negeri
Sadar dan sadarlah hei para pemimpin
Hentikan, hentikan
Hentikan semua duka ini
Kembalikan kesuburan negeri ini
Kembalikan keindahan hutanku
Kembalikan ketenangan bangsa ini
Kembalikan, kembalikan hutanku
Biarkan, biarkan hutanku bangkit lagi
Pohon Untuk Kehidupan
Lirik : Muh Ma'mun
Lagu : Iwan Fals
Hari baru telah datang menjelang
Kehidupan terus berjalan
Pohon-pohon jadikan teman
Kehidupan agar tak berhenti
Bukalah hatimu
Rentangkan tanganmu
Bumi luas terbentang
Satukan hati
Tanam tak henti
Pohon untuk kehidupan
Dihatiku ada pohon
Dihatimu ada pohon
Pohon untuk kehidupan
Tentram dan damai
Hidup rukun saling percaya
Hijau rindang sekitar kita
Andai esok kiamat tiba
Tanam pohon jangan ditunda
Terus tanam jangan berhenti
Alam lestari
Hidup tak bakal berhenti
Tanam Siram Tanam
Iwan Fals
Tanam tanam tanam kita menanam
Tanam pohon kehidupan
Kita tanam masa depan
Tanam tanam tanam kita menanam
Jangan lupa disiram
Yang sudah kita tanam
Siram siram siram yo kita siram
Apa yang kita tanam
Ya mesti kita siram
Tanam tanam pohon kehidupan
Siram siram sirami dengan sayang
Tanam tanam tanam masa depan
Benalu benalu kita bersihkan
Biarkan anak cucu kita belajar dibawah pohon
Biarkan anak cucu kita menghirup udara segar
Biarkan mereka tumbuh bersama hijaunya daun
Jangan biarkan mereka mati dimakan hama kehidupan
Tanam tanam tanam ... siram
Tanam tanam tanam ... oi
Tanam tanam tanam ... siram
Tanam tanam tanam
Ayolah Mulai
Kita satu daratan, kita satu lautan, kita satu udara
Kita satu kebutuhan
Utara, selatan, timur dan barat adalah arah
Kenapa bumi harus dipecah? Kenapa langit dibelah-belah?
Harus ada yang menyatukan, harus ada kesadaran tuk bersatu
Hidup ini sementara, kenapa mesti saling menyakiti
Dari kebudayaan bisa saja kita berbeda
Dari agama dan warna kulit bisa juga berbeda
Seharusnya perbedaan ini tak membuat jadi berbeda
Kenyataan sudah membuktikan soal kita sama
Bahwa ada yang bilang kita ini turunan monyet
Turunan dewa, turunan setan sekalipun
Buatku bukan menjadi alasan untuk bermusuhan
Apalagi saling membunuh
Karena ulah sendiri kita terancam dari mana-mana
Karena ulah kita sendiri kita menderita
Kalau perang bukan penyelesaian kenapa tidak berdamai saja
Kenapa kita tidak bisa saling percaya
Sekarang juga kita harus mulai
Tak ada istilah terlambat untuk mulai
Mulai dari diri kita sendiri
Biarkan cahayanya membangunkan orang yang tidur
Memang bukan hal yang mudah untuk mulai
Tetapi kita harus mulai
Selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup
Ayolah kita mulai
Ayolah kita mulai
Aku Menyayangimu
Lirik: KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Lagu: Iwan Fals
Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau sewenang wenang kepada manusia
Aku akan menentangmu
Karena aku manusia
Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau memerangi manusia
Aku akan mengutukmu
Karena aku manusia
Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau menghancurkan kemanusiaan
Aku akan melawanmu
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia
^O^
Dari gunung ke gunung
Menembus kabut kembali ke jurang
Melewati hutan pinus, melewati jalan setapak
Mendengarkan gesekan daun dan burung-burung
Menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari
Aku dapat lepas teriak
Aku dapat bebas bergerak
Sambil menghangatkan tubuh pada api unggun
Lalu bersyukur atas semua ini
Ternyata masih ada tempat untuk kita berbicara
Walau lewat mata
Senangnya hati tak bisa aku gambarkan
Apabila pagi datang menjelang
Dingin yang menembus tenda daging dan tulang
Perlahan tapi pasti mulai menghilang
Kita menari menyanyi sesuka hati
Lidah sang api memanggil-manggil ILLAHI
ALLAH MAHA BESAR... ALLAH YANG TERBESAR
Dalam lingkaran diatas rumput yang damai
Mencari diri merambah sampai ke akar
Kalau berjumpa seringkali menghangatkan
Bagaikan cermin jernih yang tak ternoda
Kasihku.. ooo...
Bila saja kau disampingku
Kasihku... ooo...
Bila saja kau didekatku
Pasti akan kupeluk kamu
Dan kuucapkan
Selamat pagi sayang
Sepak Bola
Main bola adalah permainan tim
Bukan main sendiri atau asik sendiri
Memang dibutuhkan pemain yang cerdas
Cerdas membaca permainan kawan maupun lawan
Diluar keberuntungan dan kejutan
Kerja sama yang kompak menjadi mutlak
Nafsu mencetak gol biasanya merusak
Main saja yang wajar jangan lupa oper-operan
Soal postur bukan jaminan
Buktinya Maradona bintang lapangan
Keberanian bergerak gesit bertindak
Membuka peluang sabar menjaga lawan
Didalam sepak bola emosi pribadi harus ditekan
Taat pada pelatih tak terpengaruh penonton
Walaupun sakit harus patuh pada wasit
Wasit sakit sepak bola menjerit
Didalam pertandingan pemain yang menentukan
Setelah habis-habisan waktu latihan
Soal menang kalah memang menegangkan
Tapi ketenangan bermain jangan disepelekan
Depan, tengah, belakang dan penjaga gawang
Main tak beres jadi cadangan
Mandi keringat sabunnya uang
Kalau mampu mengalahkan lawan
Dari kaki ke kaki bola bergulir
Ditingkahi sempritan dan teriakan penonton
Papan sponsor dipinggir lapangan
Dimana tempat para wartawan parkir
Sepak bola olahraga dunia
Tempat belajar berjiwa besar
Nama bangsa jadi terbawa
Kalau juara dikompetisi akbar
Main bola adalah siasat
Boleh curang asal wasit tak lihat
Kalau kamu takut kualat
Main bola bukan olahraga yang tepat
Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu jadi rebutan
Pemain gila penonton gila
Gila bola dua kali empat lima
Kerjasama adalah mutlak
Jangan main kalau tidak punya otak
Emosi harus di tekan
Kalah menang pemain yang menentukan
Seorang wasit tak boleh curang
Mau curang jadi saja pemain
Jadi pelatih jangan pilih kasih
Apalagi dengan penuh pamrih
Sama-sama menyerang sama-sama bertahan
Bola satu dikejar-kejar
Pemain gila penonton gila
Gila bola merajalela
Pengamat gila, sponsor gila
Gila bola dua kali empat lima
Kuda Coklatku
Di atas punggungmu pasrahkan diri
Berlari menembus hari
Kupercaya hidup bernilai
Untuk saling melayani
Temanku… kuda coklatku
Aku butuh kaupun butuh aku
Temanku… kuat tubuhmu
Matamu ramah menyapa setiap orang
Hidup memang sementara
Tapi karya selamanya
Yo berpacu mengisi waktu
Meraih cita-cita
Temanku… kuda besiku
Panas dan hujan bukan halangan
Temanku… seperjalanan
Menjawab pertanyaan yang panjang
Bersama angin mendekap ingin
Tidak berlebih tidak berkurang
Walau terkadang masuk kelubang
Lubang jalanan aah, memang sialan!
Temanku… kuda coklatku
Aku butuh kaupun butuh aku
Kuda coklatku… kuda besiku
Temani aku diperjalanan
Temanku… kuda coklatku
Menjawab pertanyaan yang panjang
Kuda coklatku… kuda besiku
Panas dan hujan bukan halangan
Temanku… kuda coklatku
Ayo berlari sepanjang musim
Kuda coklatku… kuda besiku
Matamu ramah menyapa setiap orang
Jendral Tua
Jendral tua foto ditengah keluarga
Tersenyum dingin memandang kamera
Istrinya mati, anak dan adiknya dipenjara
Apa jadinya dan apa isi hatinya
Jendral tua masih tampan dan perkasa
Tersebar kabar banyak yang jatuh cinta
Oh medan laga, menganga minta digoda
Oh kuru setra, pada perang saudara
Jendral tua bererot jasa didadanya
Menagih janji pada ibu pertiwi
Mungkinkah ia seorang prajurit sejati
Kalaulah iya, wah sungguh celaka
Jendral tua legenda hidup nyata
Ahli strategi jago sudah teruji
Melahap sepi, didalam kamarnya sendiri
Masihkah ia, tergoda oleh dunia
Jendral tua semoga kuat imanmu
Tetaplah begitu dan tetap disitu
Cahaya itu, ingatkan aku pada bapakku
Tetap begitu, tetap di pertapaan sucimu
bait dibawah ini ditambahkan setelah "Jendral Tua" wafat, tapi tidak dinyanyikan dalam lagu versi album:
Jendral tua kini tinggal cerita
Diperut Lawu rumah abadimu
Janjikan madu, dan racun bagi anak cucumu
Bagai sembilu, perihkan tulang sumsumku
Tinggalkan soal, yang rumit bagi para begundal
Semoga saja, yang ditinggal tak jadi sundal
Sundal...!
Malahayati
Lirik: Endang Moerdopo
Lagu: Iwan Fals
Ketika semua tangan terpaku didagu
Ragu untuk memulai segala yang baru
Lirih terdengar suara ibu
Memanggil jiwa untuk maju
Dari tanahmu hei Aceh
Lahir perempuan perkasa
Bukan hanya untuk dikenang
Tapi dia panglima laksamana jaya
Memanggil kembali untuk berjuang
Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri
Tinggal kubur kini hening sepi menanti
Langkah langkah baru tunas pengganti
Hei Inong Nanggroe bangkitlah berdiri
Ditanganmu kini jiwa anak negeri
Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri
Sejarah lambang Oi
[SEJARAH LOGO Oi dan PROFIL PEMBUATNYA] Logo dan bendera Oi telah menjadi magis. Tak hanya dalam konser Iwan Fals, bahkan bendera Oi seringkali berkibar-kibar dengan perkasa di saat konser penyanyi lain. Logo Oi sudah menjadi identitas bagi mereka yang mencintai karya-karya Iwan Fals, juga bagi mereka yang menjadikan kesenian sebagai salah satu sarana untuk memaknai kehidupan, untuk menemukan makna kehidupan.
Logo Oi memiliki format standar. Dalam beberapa kesempatan sering ditemui logo Oi yang tidak standar. Format standar logo Oi dapat diklik pada gambar logo Oi untuk memperbesar.
Lantas bagaimana sejarah logo Oi hingga tercipta? Siapa sebenarnya pembuatnya? Berikut paparannya. SEJARAH LOGO Oi
Lomba Desain Logo Oi yang diselenggarakan oleh Yayasan Orang Indonesia (YOI) diikuti ratusan peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 di Desa Leuwinanggung No 19, Cimanggis, Depok, Jawa Barat (Kediaman Iwan Fals) pada hari Minggu (15/8/1999) dan Senin (16/8/1999). Setiap peserta maksimal membawa 2 buah karya logo Oi.
Dalam Lomba Desain Logo Oi terpilih 2 Logo Oi karya HiO Ariyanto dari Oi Bento House Solo sebagai Juara I dan II. Penentuan pemenang Lomba Logo Oi sebagai Juara I dan II ditentukan oleh para peserta Peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 melalui polling dan pemilihan oleh semua peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999.
Logo Oi karya HiO Ariyanto yang mendapat Juara I, mulai 16 Agustus 1999 (bertepatan dengan Hari Jadi Oi) dipergunakan sebagai logo resmi Organisasi Penggemar Iwan Fals atau biasa disebut Oi. Selain itu, dalam Silaturahmi Nasional Oi 1999 Lagu “Oi” karya Digo Dzulkifli dari Oi Bandung terpilih sebagai Pemenang Lomba Cipta Lagu Mars Oi. Dan ditetapkan sebagai Lagu Mars Oi.
Makna Lambang Oi
Lambang (logo) organisasi Oi berupa gambar siluet berbentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak melebar berwarna hitam dengan titik berwarna merah darah di atasnya menyatu dengan huruf " O " berwarna putih dalam posisi miring ke kanan.
Makna lambang Oi:
1. Bentuk huruf " O " berwarna putih miring ke kanan menyatu dengan bentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak berwarna hitam melambangkan kesucian yang dilandasi keteguhan dan ketegasan sikap.
2. "Titik" bulat di atas huruf " i " (kecil) berwarna merah darah melambangkan semangat yang membara untuk bersatu.
Makna lambang Oi:
1. Bentuk huruf " O " berwarna putih miring ke kanan menyatu dengan bentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak berwarna hitam melambangkan kesucian yang dilandasi keteguhan dan ketegasan sikap.
2. "Titik" bulat di atas huruf " i " (kecil) berwarna merah darah melambangkan semangat yang membara untuk bersatu.
Tentang Oi
Oi adalah organisasi yang mempersatukan para penggemar Iwan Fals dan simpatisannya.
Kata Oi untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Iwan Fals. Di samping digunakan sebagai nama organisasi, kata “Oi” juga dimaksudkan sebagai seruan untuk bersatu.
Oi didirikan oleh Iwan Fals dan penggemar Iwan Fals dalam Silaturahami Nasional di Desa Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok yang diprakarsai oleh Yayasan Orang Indonesia (YOI) pada tanggal 16 Agustus 1999 untuk waktu yang tidak terbatas dan untuk selanjutnya tanggal tersebut dijadikan sebagai hari Oi.
Syarat Mendirikan Oi
1. Minimal terdiri dari 10 orang lengkap dengan kepengurusannya (Ketua, Wakil, Sekretaris, Bendahara, Humas & Ketua Bidang Departemen)
2. Minimal mempunyai satu kegiatan yang aktif (Seni, Budaya, Olaraga, Pendidikan, Pustaka, Niaga dan Rohani)
3. Mendaftarkan diri ke Pengurus Kota Oi (BPK Oi) di kotanya masing-masing
4. Menyerahkan alamat lengkap/sekretariat & data-data kelengkapan lainnya kepada BPK Oi.
5. Membuat Kartu Tanda Anggota (KTA) melalui BPK Oi.
6. Jika belum ada BPK Oi maka harus diadakan konsolidasi antar Oi kelompok guna membentuk BPK Oi kemudian didaftarkan ke Badan Pengurus Pusat Oi dan akan disahkan melalui Surat Keputusan.
Syarat Menjadi Anggota Oi
1. Sanggup menjaga nama baik Oi.
2. Mengisi Formulir pendaftaran
3. Menyerahkan pas foto (4 lembar)
4. Membayar uang pendaftaran
5. Bersedia aktif dalam organisasi dan menjaga nama baik serta kode etik organisasi.
Kata Oi untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Iwan Fals. Di samping digunakan sebagai nama organisasi, kata “Oi” juga dimaksudkan sebagai seruan untuk bersatu.
Oi didirikan oleh Iwan Fals dan penggemar Iwan Fals dalam Silaturahami Nasional di Desa Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok yang diprakarsai oleh Yayasan Orang Indonesia (YOI) pada tanggal 16 Agustus 1999 untuk waktu yang tidak terbatas dan untuk selanjutnya tanggal tersebut dijadikan sebagai hari Oi.
Syarat Mendirikan Oi
1. Minimal terdiri dari 10 orang lengkap dengan kepengurusannya (Ketua, Wakil, Sekretaris, Bendahara, Humas & Ketua Bidang Departemen)
2. Minimal mempunyai satu kegiatan yang aktif (Seni, Budaya, Olaraga, Pendidikan, Pustaka, Niaga dan Rohani)
3. Mendaftarkan diri ke Pengurus Kota Oi (BPK Oi) di kotanya masing-masing
4. Menyerahkan alamat lengkap/sekretariat & data-data kelengkapan lainnya kepada BPK Oi.
5. Membuat Kartu Tanda Anggota (KTA) melalui BPK Oi.
6. Jika belum ada BPK Oi maka harus diadakan konsolidasi antar Oi kelompok guna membentuk BPK Oi kemudian didaftarkan ke Badan Pengurus Pusat Oi dan akan disahkan melalui Surat Keputusan.
Syarat Menjadi Anggota Oi
1. Sanggup menjaga nama baik Oi.
2. Mengisi Formulir pendaftaran
3. Menyerahkan pas foto (4 lembar)
4. Membayar uang pendaftaran
5. Bersedia aktif dalam organisasi dan menjaga nama baik serta kode etik organisasi.
Langganan:
Postingan (Atom)